Apa yang menarik dari negara Kamboja?

Saya asumsikan pertanyaan ini murni dalam konteks traveling atau berkunjung, serta tidak menyangkut kondisi sosial, politik atau perekonomian negaranya.

Apa yang menarik dari Kamboja? Sebenarnya cukup banyak. Tapi untuk menemukannya, agak butuh effort lebih.

Saya jabarkan dulu beberapa hal yang menjadi daya tarik Kamboja:

1. Angkor Wat

Kamboja harus sangat berterima kasih pada tim produksi film Tomb Raider (2001), karena berkat film itulah dunia membuka mata pada kawasan candi yang spektakuler ini.


Sunrise di Angkor Wat.

Sumber gambar: dok pribadi. Mohon tidak direproduksi.

Sebenarnya bagi orang Indonesia yang sudah bolak-balik mengunjungi Candi Prambanan dan Borobudur, Angkor Wat ini nggak terlalu 'wah' banget. Kelebihan utamanya adalah kawasannya sangat luas buanget, terdiri dari banyak kuil/candi yang kalau mau dikunjungi semuanya, tidak cukup dalam 1 hari. Saya akhirnya menyerah di kuil/candi ke-4, karena selain kaki sudah tidak kuat menyusuri kawasan kuil/candi yang luar biasa luasnya, terik matahari juga sadis sekali.

Sedikit tips untuk yang mau mengunjungi Angkor Wat menggunakan jasa TukTuk, sebaiknya minta pada si pengemudi TukTuk untuk langsung mengantarmu ke Kuil Ta Prohm, karena disinilah letak pohon raksasa ikonik yang muncul di film Tomb Raider.

Kalau kamu tidak spesifik minta langsung diantar ke Ta Prohm, si pengemudi akan membawamu berputar-putar terlebih dahulu ke kuil/candi lain, sehingga kamu mungkin akan sudah terlalu lelah begitu sampai di Ta Prohm dan tidak lagi bertenaga untuk menyusuri bagian dalamnya.

2. Siem Reap

Siem Reap adalah Bali-nya Kamboja. Kota ini lebih ramai dan lebih menarik dari Phnom Penh karena lokasinya dekat dengan Angkor Wat. Disini banyak turis, banyak juga restoran, cafe, bar, dan toko souvenir yang lucu-lucu. Di malam hari, kamu bisa menyusuri Night Market serta nongkrong bareng turis dan warga lokal.

3. Museum genosida Tuol Sleng

Tempat ini wajib dikunjungi untuk mengetahui sejarah Kamboja yang kelam.

Museum ini letaknya di ibukota, Phnom Penh. Tempat ini terkenal, jadi kamu tinggal masukkan namanya saja di GrabTukTuk (Grab berbentuk TukTuk, kendaraan favorit saya selama berkunjung kesana! 😁). Sejarah kelam dan bukti-bukti kekejaman rezim Pol Pot terekam jelas di museum ini. Jujur saya keluar dari tempat ini dengan perasaan campur aduk, karena foto-foto dan alat-alat penyiksaan yang dipamerkan disana benar-benar membuat saya merinding.

Saya nggak mau foto-foto disini saking merindingnya

4. Harga serba murah

Nggak usah takut kere kalau liburan ke Kamboja, harga makanan, hotel dan transport disana sangat murah sekali.

Buat pecinta mie instan, jangan lupa beli mie instan rasa salted egg paling enak sejagat raya ini:

Mie instan salted egg paling maknyus yang pernah saya makan. Merek apapun yang beredar di Indonesia, lewat deh pokoknya!

Sebenarnya ini produk Thailand, tapi bertebaran di semua supermarket di Kamboja. Harga sekitar Rp 15.000 kalau diRupiahkan.

Nah, sekarang ke bagian yang kurang mengenakkan. Ada beberapa hal yang lebih baik jangan berekspektasi terlalu tinggi saat berkunjung ke Kamboja:

Di Kamboja, kita bisa bertransaksi apa saja menggunakan mata uang USD, tapi si penjual akan selalu memberimu kembalian dalam mata uang Riel. Ajaib, memang. Ini cukup menyebalkan, karena saya jadi harus putar otak tiap kali menerima kembalian, menghitung baik-baik nilai tukar USD ke Riel untuk memastikan bahwa saya nggak ditipu sama si penjual.

Di antara semua negara yang pernah saya kunjungi, makanan di Kamboja termasuk yang paling kurang menggugah selera. Berbeda dengan Thailand yang street food-nya enak-enak, street food di Kamboja itu sangat anti mainstream, dan, maaf, agak kurang higienis. Kecuali kamu memang tertarik mencoba kuliner ekstrim seperti tarantula bakar atau sate kalajengking, saya sarankan untuk makan di restoran saja.

Komunikasi dengan warga lokal sangat sulit karena kendala bahasa. Kamboja adalah negara termiskin di ASEAN, dan sangat sedikit warganya yang bisa berbahasa Inggris. Untungnya kesulitan dalam mencari transportasi sangat berkurang karena aplikasi Grab telah tersedia disana.

Phnom Penh secara umum mirip seperti Jakarta, ya macetnya, ya panasnya, ya polusinya. Lebih baik bawa masker untuk berjaga-jaga. Menurut saya, suasana kotanya agak muram, seperti Jakarta tahun 90-an.

Secara umum, Kamboja bukan negara yang ingin saya kunjungi untuk kedua kalinya. Kalaupun ada kesempatan lagi untuk pergi kesana, mungkin saya akan memilih untuk stay di Siem Reap saja daripada di Phnom Penh, dan menghabiskan setidaknya 2 hari untuk betul-betul mengitari semua kuil/candi di Angkor Wat.

Comments

Popular Posts