GENOSIDA DI KAMBOJA

*disclaimer: Gambar-gambar yang saya tampilkan disini adalah pembunuhan secara sadis, mohon yang takut lihat beginian mundur sekarang juga!!

Mungkin beberapa diantara kita sangat asing dengan peristiwa ini. Saya pun baru tahu saat saya berkunjung ke ibu kota Kamboja, Phnom Penh dan mengunjungi Tuol Sleng Genocide Museum. Inilah peristiwa depopulasi nyata paling berdarah di Asia Tenggara, KAMBOJA.

Kamboja, negara yang cukup luas saat itu dengan populasi 7 juta penduduk adalah bangsa yang netral sejak dikeluarkannya Perjanjian Geneva pada 1954. Negara yang saat itu dipegang oleh Amerika hidup dengan makmur dan damai. Kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi. Tidak ada masalah dengan penduduk Kamboja dan Amerika untuk hidup bersama, keduanya saling menghargai satu sama lain. Agamanya pun beragam.

Hingga pada bulan April 1975, Amerika melakukan pengeboman besar-besaran kepada Vietnam. Diam-diam, pasukan Vietnam Utara telah membentuk pasukan Khmer Rouge yang mendukung Communist Party Kampuchea (CPK). Pasukan Khmer Rouge ini telah dibentuk sejak dekade 1960 di hutan-hutan sebelah timur Kamboja. Misi dari Khmer Rouge ini tentu untuk menyingkirkan Amerika dari Kamboja dengan janji akan memerdekakan Kamboja. Khmer Rouge dipimpin oleh Pol Pot yang tentaranya adalah remaja dan anak-anak (yang paling mudah terpengaruh).

Pol Pot dulu pernah belajar di Perancis dan ikut organisasi komunis, sehingga saat kembali ke Kamboja dan menjadi Perdana Menteri, Ia ingin membangun negara komunis. Tentara anak-anak ini harus membunuh orang tuanya agar tidak ada rasa kemanusiaan dalam dirinya.

17 April 1975, Khmer Rouge berhasil menguasai Kamboja karena Amerika mundur dari Phnom Penh, Kamboja. Inilah detik-detik runtuhnya Kamboja. Masyarakat yang terbiasa hidup dengan nyaman dibawah kekuasaan orang-orang Amerika tiba-tiba bingung harus berbuat dan bekerja apa. Khmer Rouge akan membunuh seluruh keluarga yang bekerja untuk Amerika, sedangkan mayoritas penduduknya tentu saja bekerja untuk Amerika.

Kepanikan pun terjadi, keluarga yang bekerja untuk Amerika berbondong-bondong kabur dari rumah, apa daya yang tertangkap langsung dieksekusi sehingga banyak yang terpaksa berbohong demi selamat dengan meninggalkan semua barang-barang berharga sampai dengan baju-baju bagus. Apabila tidak bekerja untuk Amerika, mereka diusir dari Phnom Penh dengan berjalan kaki ke pedesaan.

Mobil, jam tangan, perhiasan semua harus diserahkan kepada pasukan Khmer Rouge. Mereka ingin mulai saat itu semua warga Kamboja hidup setara, tidak ada yang kaya dan miskin, baju dan potongan rambut harus sama semua. Pol Pot ingin Kamboja seperti terlahir kembali dan tidak ingin ada lagi pengaruh asing di Kamboja sehingga sekolah, bank, beberapa pabrik ditutup. Masyarakat hanya boleh menjadi petani. Orang yang pintar (berkacamata, rapi, dokter) hanya punya 2 pilihan, dibunuh atau menjalankan pabrik.

Lalu, dimana letak depopulasinya?

Siapapun yang tidak sepaham dengan Pol Pot akan dieksekusi di Tuol Sleng dan yang sepaham pun akan dibunuh secara perlahan dengan cara bekerja keras tanpa makanan, kalaupun makan hanya disiapkan oleh Khmer Rouge seadanya dan sangat sedikit. Tidak pandang bulu mau anak-anak, kakek nenek, maupun biksu sehingga banyak yang mati kelaparan atau terkena penyakit.

Tuol Sleng (tempat eksekusi) dulunya adalah sekolah. Gedung-gedung diberi nama A, B, C, D dan para tahanan diberi nomor. Bangunan tersebut ditutupi kawat beraliran listrik.

Gambar diatas adalah bagaimana mereka tidur, kalau mandi disiram air dari celah jendela. Tidak boleh ada yang bersuara dan terjatuh, apabila ada langsung dibunuh.

Beginilah cara membawanya saat ingin dieksekusi, mata ditutup dan tanpa baju.

Ternyata orang-orang yang berbohong tidak pernah bekerja untuk Amerika tertangkap juga. Mereka dipukul hingga wafat dan dibuang ke lubang besar yang isinya tumpukan mayat.

Anak bayi dipisahkan dari ibunya. Ibunya dieksekusi sedangkan bayinya dilempar lalu ditembak atau dipukul-pukul ke pohon khusus untuk nepokin si bayi hingga wafat.

Kalau diambil organ dalamnya main sayat saja tanpa disuntik atau bius dulu.

Ada yang dieksekusi dengan dipotong bagian tubuhnya, dicambuk, digantung, ditenggelamkan di air, dll. Saya juga tidak tahu bagaimana pembagiannya.

Rakyat Kamboja yang pada masa itu memiliki ragam agama, saat masa Pol Pot hanya boleh punya 1 kepercayaan yaitu Angkor (kepercayaannya Pol Pot), yang tidak percaya Angkor akan dibunuh juga. Sampai saat ini di Kamboja sepertinya masih banyak yang menganut kepercayaan Angkor, karena beberapa nama pertokoan dan tempat bernama Angkor. Saya tidak berani bertanya apa agama mereka hehe..

January 1979, tercatat 2 juta orang meninggal akibat genosida. Termasuk diantaranya 300.000 Chinese Cambodian, 90.000 Muslim, dan 20.000 Vietnamese Cambodian. Di Tuol Sleng sendiri, 200 penjara yang diisi sekitar 20.000 orang hanya 12 orang yang selamat. Kamboja pun yang dulunya luas dan worth to visit sekarang hanya menjadi negara kecil.

Ini beberapa foto yang saya instastory saat itu, tidak banyak karena sebenarnya tidak boleh ambil foto haha..



*edit: kalau kalian berkunjung ke museum ini, saran saya pesan audionya agar mengerti alur ceritanya, yang tidak sempat namun ingin tau sejarahnya lebih dalam bisa melihat film karya Angelina Jolie judulnya First They Killed My Father.

Comments

Popular Posts